BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia
dan makhluk hidup lainnya sering terpapar (exposed) banyak jenis bahan
alami maupun bahan kimia . Jenis bahan tersebut ada yang bersifat racun ataupun
aman. Keracunan berarti keadaan dimana tubuh seoserang sedang mengalami
gangguan diakibatkan suatu zat atau bahan kimia yang tentunya bersifat racun
atau tidak aman. Bahan yang atau zat yang beracun ini disebut toksik ,
sedangkan ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan
Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada makhluk
hidup., khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan
masuknya agen interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978).
Proses
industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
mengasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan
ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas yang meninngkat yang tentunya
akan meningkatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan
meningkat.
Toksikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia
terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan
kimia di lingkungan
sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja bidang tertentu.
sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja bidang tertentu.
Salah
satu penerapan toksikologi dalam bidang pertanian adalah pada tanaman teh. Tanaman
teh dapat tumbuh subur dengan baik pada ketinggian 250-1.200 m dpl, curah hujan
minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari, karena jika sinar matahari kurang
maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh dilalui dilalui angin
kering, dan keadaan tanah subur (Anggorowati, 2008)..
Komposisi
senyawa kimia yang terkandung dalam teh sangat kompleks, terdiri atas polifenol
(katekin dan turunannya), senyawa-senyawa ksantin (kafein, teofilin, dan
teobromin), asam amino,karbohidrat, protein, klorofil, senyawa-senyawa volatil,
fluor, mineral, dan senyawa-senyawa kelumit. Turunan polifenol terdapat dalam
jumlah yang paling banyak dan memiliki potensi aktivitas antioksidan, baik in
vitro maupun in vivo (Wu dan Wei, 2002).
Teh
hijau merupakan jenis teh yang paling banyak digemari dan dijadikan minuman
kedua setelah air mineral. Hal ini didukung oleh fakta bahwa kandungan zat
dalam teh hijau yang paling kaya dan memiliki banyak fungsi (supplementwatch,
2008). Kandungan teh hijau yang paling utama adalah polifenol katekin yaitu epigallocatechin-3-gallate
(EGCG), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG),
dan epicatechin (EC). EGCG merupakan yang terbanyak yaitu 50-80% dari
jumlah total katekin. Teh hijau merupakan tumbuhan obat yang mempunyai efek
farmakologis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apa
pengertian
toksikologi?
1.2.2. Bagaimana
pengaruh toksikologi
terhadap lingkungan?
1.2.3. Bagaimana
toksikologi pada tanaman teh?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
tujuannya adalah sebagai berikkut:
1.3.1.
Dapat
mengetahui pengertian toksikologi.
1.3.2.
Dapat
mengetahui pengaruh toksikologi terhadap lingkungan.
1.3.3.
Dapat
mengetahui toksikologi pada tanaman teh.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Toksikologi Lingkungan
Toksikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia
terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan
kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi
mempunyai spesialis kerja bidang tertentu.
Efek
toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama
yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan
bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut
biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik
dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi
bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau
lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu
respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan
antagonistik. Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara
bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan
dosis-respons.
Di dalam lingkungan dikenal zat xenobiotik yaitu zat yang
asing bagi tubuh, dapat diperoleh dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam
tubuh (endogen). Xenobiotik yang dari luar tubuh dapat dihasilkan
dari suatu kegiatan atau aktivitas manusia dan masuk ke dalam lingkungan. Bila
organisme terpajan oleh zat xenobiotik maka zat ini akan masuk ke
dalam organisme dan dapat menimbulkan efek biologis.
2.1.1. Sejarah Toksikologi Lingkungan
Pengetahuan
tentang racun sesungguhnya sudah ada sejak zaman dahulu tetapi belum tersusun
secara sistematis menjadi suatu ilmu. Baru pada awal abad ke – 16 seorang ahli
racun terkenal yang hidup pada tahun 1493 – 1541, Phillipus Aureolus
Theophrastus Bombastus von Hohenheim Paracelcus (PATBH Paracelcus)
memperkenalkan istilah toxicon (toxic agent) untuk zat (substansi) yang dalam
jumlah kecil dapat mengganggu fungsi tubuh. Ia adalah orang pertama yang
meletakkan dasar ilmu dalam mempelajari racun dan
mengenalkan dalil sebagai berikut :
Percobaan
pada hewan merupakan cara yang paling baik dalam mempelajari respon tubuh
terhadap racun. Efek suatu zat (kimia atau fisik) pada tubuh dapat merupakan
efek terapi (bermanfaat) dan efek toksik (merugikan).
Selanjutnya, toksikologi modern diperkaya oleh Mattieu Joseph
Orfilla (1787 – 1853). Ia merupakan orang pertama yang melakukan
penelitian secara sistematis tentang respon biologik anjing pada zat
kimia tertentu. Ia memperkenalkan toksikologi sebagai ilmu yang memepelajari
racun, ia mengembangkan analisis terhadap racun misalnya As (Arsen) dan
meletakkan dasar toksikologi forensik. Toksikologi juga dikembangkan oleh ahli
lain seperti Francois Magendie (1783 – 1855) yang meneliti efek striknin dan
emetin.
2.1.2.
Sumber
Toksikologi
Sumber
pencemar toksikologi, salah satunya yaitu tanah, karena pencemaran
tanah tidak jauh beda atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan
pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber
pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah.
Sebagai
contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi
bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran
pada tanah. Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya
tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah
tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah
pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang
dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber bahan pencemar
tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari,
sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit, gunung berapi yang
meletus / kendaraan bermotor dan limbah
industri.
Sumber
pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa dikatakan
mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber
pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber
pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida
belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun
ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan
terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan
pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri,
sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari
daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang
dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi
sumber pencemar yang berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah
rumah sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan limbah
industry.
2.2. Gambaran Umum tentang Tanaman Teh
Tanaman teh (Camellia
sinensis) merupakan tanaman yang banyak ditanam di berbagai negara di dunia
sejak zaman dahulu. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
beriklim sejuk. Keadaan geografis di Indonesia yang sebagian terdiri dari
pegunungan merupakan daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh, maka
tidaklah mengherankan bila produksi teh dijadikan industry rumah tangga (home
industry) ataupun industri besar di Indonesia (Antoni Ludfi Arifin, 2007).
Teh dikelompokkan berdasarkan cara pengolahannya yang dilakukan dengan cara
oksidasi, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Ketiganya berasal dari
daun teh yang sama, namun karena cara pengolahannya berbeda, maka memiliki
komposisi kimia dan rasa yang berbeda (Arif Hartoyo, 2003; Tourle, 2004).
antara lain menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, trigliserida, serta
glukosa, dapat mencegah karies pada gigi, antimutagenik, antioksidan, dan
antibakteri (Brunetton, 1999; Murase et al, 2000, Sueoka et al.,
2001).
Teh
hijau merupakan jenis teh yang paling banyak digemari dan dijadikan minuman
kedua setelah air mineral. Hal ini didukung oleh fakta bahwa kandungan zat
dalam teh hijau yang paling kaya dan memiliki banyak fungsi (supplementwatch,
2008). Kandungan teh hijau yang paling utama adalah polifenol katekin yaitu epigallocatechin-3-gallate
(EGCG), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG),
dan epicatechin (EC). EGCG merupakan yang terbanyak yaitu 50-80% dari
jumlah total katekin. Teh hijau merupakan tumbuhan obat yang mempunyai efek
farmakologis.
2.2.1. Klasifikasi Tanaman Teh (Camellia Sinensis L.)
Menurut Graham
(1984), tanaman teh (Camellia sinensis)diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo :
Clusiales
Familia : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia
sinensis
2.3. Toksikologi Tanaman Teh
2.3.1. Kandungan Senyawa Karsinogenik Dalam Teh
Selain
memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia mengkonsumsi teh juga dapat membahayakan
tubuh manusia, karena teh memiliki kandungan senyawa yang tidak baik. Contohnya
adalah sebagai berikut :
a. Zat tannin
Tanin
adalah suatu senyawa polifenol dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat yang
bereaksi dan dengan menggumpalkan protein, atau senyawa organik lainnya
termasuk asam amino dan alkohol.Tanin adalah kelompok zat utama dalam teh
ekstrak . kandungan tanin dalam teh hijau diketahui adalah 12-25%, dan teh
hitam sekitar 8-18%. Tanin inilah yang memberikan cita rasa yang sedikit sepat.
Kandungan tanin dalam teh hijau 2 kali lebih banyak dari teh hitam, karena teh
hitam mengalami oksidasi 40-50% pada saat diolah.
Bahaya dari tanin ini adalah dapat berikatan dengan protein dan
mineral sehingga protein dan mineral menjadi tidak dapat digunakan oleh tubuh.
b.
Kafein
Kafein
adalah zat yang tidak hanya ditemukan dalam kopi, namun kafein juga dapat
ditemukan dalam daun teh. Kafein memiliki manfaat sekaligus efek samping bagi
kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah berlbih. Pada teh kandungan
kafein ini dijumpai dalam kandungan moderat (sedang). Beberapa efek samping
dari kafein ini adalah :
·
Mempengaruhi kesehatan mental
·
Menghambat penyerapan nutrsi
·
Dehidrasi
·
Kecanduan
·
Darah tinggi
·
Maag
·
Keguguran
·
Meningkatkan menopouse
·
Osteoporosis
c.
Theophyline
Theophyline berkaitan dengan kafein dan
keduanya berada dalam kelas organik yang sama, yaitu xanthines. Theophyline
mempberikan efek menenangkan pada otot pernafasan, seingga menyebabkan
kontraksi serta detak jantung.
d.
Asam tanat
Asam tanat adalah suatu zat yang terkandung di dalam teh. Bahaya
dari asam tanat ini adalah berbahaya pada lmbung yaitu selaput lendir yang
melapisi lambung sehingga menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah
lambung.
2.3.2.
Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Teh
Selain dari kandungan senyawa yang berbahaya dalam daun teh, dalam
proses budidaya tanaman teh juga dapat menimbulkan efek samping bagi lingkungan
yaitu pada penggunaan pestisida kimia. Apabila tidak menggunakan prinsip 5T
(Tepat jenis, tepat dosis, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat cara), maka
akan berpengaruh buruk bagi lingkungan, tanaman dan manusia.
2.3.3. Limbah Industri Pengolahan Teh
Limbah teh secara garis besar dibedakan menjadi tiga jnis yaitu
limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
· Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pembakaran
yang menghasilkan gas-gas tertentu. Dalam industri pengolahan tehlimbah gas
dihasilkan dari proses pemanasan saat penyeduhan teh untuk produksi teh dalam
kemasan siap minum.
· Limbah Padat
Limbah padat industri teh berupa ampas hasil penyeduhan daun teh
untuk minuman teh kemasan dan kemasan teh yang rusak atau tidak digunakan lagi.
· Limbah Cair
Limbah cair industri teh berasala dari penggunaan air dalam sistem
prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus
dibuang. Air digunakan untuk pencuci dan sterilisasi kemasan teh. Limbah cair
industri minuman teh adalah air bekas pencucian botol-botol maupun lantai dan
juga ceceran dari minuman yang tumpah pada saat proses.
2.3.4. Efek Negatif Terhadap Manusia
Ada beberapa orang tertentu yang dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi teh terlalu banyak karena bisa menjadi bumerang bagi kesehatannya
Orang-orang tersebut adalah:
1. Pasien yang fungsi ginjalnya tidak baik dan tak dapat menahan
kencing atau inkontinensia karena teh berfungsi melancarkan pembuangan air
kemih. Banyak minum teh mengganggu fungsi ginjal, sehingga akan semakin
memberatkan penyakit pasien tersebut.
2. Wanita hamil
Wanita
yang sedang hamil membutuhkan berbagi macam gizi untuk menyuplai kebutuhan
metabolisme tubuhnya dan juga janin dalam kandungannya. Kalau ia terlalu banyak
minum teh, maka zat tanin atau samak dalam teh dapat bersenyawa dengan zat besi
dalam makanan yang dikonsumsinya menjadi semacam kompon yang tidak diserap oleh
tubuh. Ini selain dapat mengakibatkan anemia dan kekurangan zat besi pada
wanita hamil, juga dapat mengakibatkan janin dalam kandungan menjadi kekurangan
zat besi bawaan. Sehingga setelah lahir bayi juga akan menderita anemia dan
kekurangan zat besi.
3. Wanita yang
sedang menyusui
Wanita
yang sedang menyusui sebaiknya tidak minum teh kental. Hal ini karena salah
satu dari racun dalam teh (kafein) bisa mempengaruhi pengeluaran air susu,
sehingga ASI menjadi berkurang, selain itu kafein juga bisa masuk kedalam tubuh
bayi melalui air susu yang dapat mengakibatkan usus bayi menjadi kejang,
sehingga bayi akan menangis tak henti-henti nya.
4. Orang yang
sedang demam
Untuk
orang yang sedang menderita demam, minum teh bukannya dapat menurunkan suhu
badannya tetapi justru akan meningkatkan suhu panas tubuhnya. Hal ini
dikarenakan theophyline yang terkandung dalam teh dapat meninggikan suhu badan,
bahkan membuat fungsi obat penurun suhu badan menjadi hilang atau berkurang
5. Orang yang
lemah saraf dan mengalami insomnia
Para
penderita penyakit ini sebaiknya tidak minum teh karena hanya akan semakin
memperparah penyakitnya. Hal ini disebabkan kandungan kafein dalam teh dapat
mengakibatkan bergairahnya sistem saraf dan menaikkan metabolisme dasar,
sehingga akan membuat semakin sulit tidur dan merasa gelisah.
6. Orang yang
kurang darah
Zat
besi dalam makanan memasuki saluran pencernaan dalam bentuk feros hidrosida
koloid. Zat besi dalam bentuk koloid ini tidak dapat diserap tubuh secara
langsung. Ia harus melalui peran getah lambung barulah dapat diserap melalui
tubuh. Asam tanat dalam teh sangat mudah bersenyawa dengan zat besi dan
membentuk asam tanat feros larut yang merintangi penyerapan zat besi. Bila
tubuh orang yang kurang darah kekurangan zat besi, hemoglobin sintetis dalam
tubuh bisa berkurang, dan penyakitnya bisa bertambah parah.
7. Orang yang
mengalami sembelit
Mereka
pantang minum teh kental karena asam tanat dalam teh mempunyai peran astringen,
yaitu melemahkan penggeliangan saluran usus. Bila mereka nekat minum teh kental
maka penyakitnya akan semakin bertambah parah.
8. Anak-anak
Minum
teh tidak terlalu baik untuk anak2, hal ini dikarenakan setelah minum teh anak2
akan mudah terangsang semangatnya, nafsu makannya menurun, selaput lendir
saluran pencernaan menyusut sehingga mempengaruhi pencernaan makanan dan
penyerapannya. Asam tanat dalam teh juga dapat mempengaruhi penyerapan vitamin
B dan zat besi dalam makanan sehingga mengakibatkan menurunnya hemoglobin dan
menuyustnya volume eritrosit, yang akan berakibat mudah terserang anemia atau
kurang darah.
9. Orang yang
mempunyai tekanan darah tinggi dan mengidap jantung teh memang dapat membantu
melindungi jantung tapi bagi yang telah terlanjur menderita penyakit jantung
merek harus menghindari minum teh kental, karena kadar kafein dalam teh bisa
merangsang orang dan menaikkan tekanan darahnya. Bila mereka tetap minum teh
maka jantungnya akan berdetak cepat,merasa sangat gelisah bahkan mengalami
arrhythmia atau tidak adanya irama jantung.
Setelah mengetahui beberapa sebab mereka pantang minum teh tentunya
akan menjadi perhatian bagi kita. Walaupun teh juga mempunyai manfaat bagi
kesehatan tapi efek kesehatan teh lebih bersifat sebagai preventif(mencegah).
Dan itupun akan berarti jika teh diminum secara teratur dan dengan takaran yang
tepat.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Toksikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia
terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan
kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi
mempunyai spesialis kerja bidang tertentu. Salah satu penerapan toksikologi
dalam bidang pertanian adalah pada tanaman teh.
Tanaman teh (Camellia
sinensis) merupakan tanaman yang banyak ditanam di berbagai negara di dunia
sejak zaman dahulu. Tanaman teh sangat diminati oleh masyarakat karena rasanya
yang diminati juga kandungan gizinya yang cukup banyak terutama pada daun teh.
Selain bermanfaat
tanaman teh ini juga memiliki efek samping atau bahaya mulai dari hulu sampai
hilir. Terdapat pengaruh negatif mulai dari budidayanya, jika menggunakan
pestisida kimia maka akan berpengaruh pada lingkungan, tanaman dan pada
manusia. Selain pada proses budidaya, proses produksi pengolahan teh menjadi
kemasan juga dapat menghasilkan limbah berupa limbah padat, limbah cair dan
limbah gas. Setelah teh diproduksi teh yang dikonsumsi oleh konsumen juga
memiliki efek samping bagi tubuh karena beberapa kandungan zat di dalamnya.
3.2. Saran
Untuk mengurangi
jumlah toksin dalam pengolahan teh mulai dari hulu sampai hilir. Maka
dibutuhkan batasan penggunaan bahan-bahan kimia, seperti penggunaan pestisida
yang berlebihan pada proses budidaya, pengolahan produksi te yang bersih dan
steril agar terhindar dari mikroba tidak baik pada kandungan teh. Selain itu
untuk mengatasi limbah pengolahan teh
maka diperlukan pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna dan
pembangunan IPAL (Instalasi Penampungan Air Limbah) agar limbah dapat berkurang
dan dapat dikendalikan.
DAFTAR PUSTAKA
Wu, C, D.,
& Wei, G.,2002. Tea as a function Food For Oral ealth 18, 443-444.
Anggrowati, 2008. Analisis Pemetikan Teh (Camellia sinensis( L.) Kuntze) diPerkebunan Rumpun Sari
Kemuning, PT. Abadi Tirta Sentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian, Bogor