KABOA

Pertanian dan teknologi

2017-01-07

contoh makalah tentang budidaya tanaman karet

 
karet adalah jenis tanaman perkebunan tahunan yang banyak di budidayakan di indonesia, pohon karet diambil getahnya untuk bahan karet yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
      Terkait dengan tugas-tugas dari sekolah ataupun kuliah yang khususnya menggeluti dalam di bidang pertanian kita sering di beri tugas membuat makalah tak terkecuali tentang budidaya tanaman karet, berikut contoh membuat makalah tentang budidaya tanaman karet.



BAB 1

PENDAHULUAN 


1.1. Latar Belakang

     Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh jenis tananhnya yang subur dan iklim tropis. Sebagian masyarakat Indonesia berkebun karet sebagai sumber penghasilan dan juga membudidayakan pohon-pohon karet. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Karet juga merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006). Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Maka dari itu, kami memilih judul tentang ’’ AGROEKOLOGI DAN EKOSISTEM PADA TANAMAN KARET” karena dalam judul ini terdapat beberapa permasalahan dan harapan yang harus dibahas demi meningkatkan produksi karet yang ada di Indonesia. 

1.2. Rumusan Masalah 
1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi tanaman karet? 
2. Bagaimana budidaya pada tanaman karet? 
3. Bagaimana ekosistem pada tanaman karet? 

1.3. Tujuan Penulisan 
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman karet 
2. Untuk mengetahui agroekologi pada tanaman karet 
3. Untuk mengetahui ekosistem pada tanaman karet 



 BAB 2 

PEMBAHASAN 


 2.1. Klasifikasi Dan Morfologi 

        Tanaman Karet Nama ilmiah karet atau nama latin karet adalah Hevea brasiliensis. 
Klasifikasi tumbuhan karet adalah sebagai berikut : 
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) S
ubkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) 
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) 
Sub Kelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg 
Selain klasifikasi, ada juga morfologi tanaman karet yaitu sebagai berikut : 
a. Morfologi Akar Tanaman Karet Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, mampu menopang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Akar tunggang dapat merangsek ke dalam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Akar yang paling aktif menyerap air dan nutrisi yaitu bulu akar yang berada di kedalaman 0-60 cm. 
b. Morfologi Batang Tanaman Karet Morfologi batang karet seperti yang sudah disinggung di atas, tumbuh tinggi menjulang dan berukuran besar. Tinggi pohon yang sudah dewasa bisa mencapai 15-25 m, berdaun lebat dan dapat mencapai umur 100 tahun, memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah (lateks). 
c. Morfologi Daun Karet Daun karet berwarna hijau yang terdiri dari tangkai daun dengan panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm dan panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Umumnya ada tiga anak daun di setiap sehelai daun karet. Pada saat musim kemarau, daun tanaman karet akan menguning atau memerah. 
d. Morfologi Bunga dan Buah Tanaman Karet Bunga karet terletak di dalam malai payung tambahan dan terdiri dari bunga jantan dan betina. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dengan panjang 4-8 mm. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwara hijau dan di dalamnya ada kulit yang keras dan berkotak, sewaktu masih muda buah berpaut erat dengan ranting. Setiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi cangkang, setelah tua, warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah, jumlah biji biasanya ada tiga dan terkadang empat sesuai dengan jumlah ruang. 

2.2. Budidaya tanaman karet 

Syarat tumbuh tanaman karet:

1. Iklim Tanaman karet dapat tumbuh optimal adalah pada zone antara 15°LS hingga 15°LU. Diluar zone tersebut, pertumbuhan tanaman karet akan terhambat sehingga produktivitasnya juga akan terlambat. Tanaman karet dapat tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan antara 2.500 mm hingga 4.000 mm per tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 hingga 150 HH per tahun. Kendatipun demikian, jika hujan pada daerah tersebut sering terjadi dipagi hari, produksi akan berkurang. Suhu optimal yang diperlukan tanaman berkisar antara 25°C hingga 35°C dan sebetulnya tanaman karet tumbuh optimal pada daerah dengan elevasi 200 m diatas permukaan laut. Daerah dengan elevasi lebih dari 600 m diatas permukaan laut tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karet. Selain itu, daerah dengan kecepatan angin yang terlalu kencang juga umumnya kurang baik untuk budidaya tanaman karet. 
2. Tanah Tanaman karet umumnya lebih mempersyaratkan keadaan tanah dari sifat-sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena sifat fisik tanah lebih sulit diperbaiki dibandingkan dengan sifat kimia. Beberapa sifat fisik tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet adalah kedalaman tanah lebih dari 100 cm dan tidak terdapat batu-batuan atau lapisan cadas, aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, poreus, dan dapat menahan air, strukturnya terdiri dari 35% liat dan 30% pasir, kedalaman gambut tidak lebih dari 20 cm, pH tanah antara 4,5 hingga 6,5, kemiringan tanah kurang dari 16%, dan permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm. Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, kendatipun hanya dapat tumbuh optimal pada lahan dengan tanah dari jenis vulkanis muda dan tua. Hal ini karena jenis tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama tekstur, struktur, kedalaman lapisan tanah, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase.

 2.3. Agroekosistem Tanaman Karet
Pada agroekosistem karet tumbuhan lain yang bersifat parasite juga dominan pada perkebunan karet, seperti lumut kerak, rumput teki, pohon benalu, dan berbagai jenis jamur. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman karet adalah jamur akar putih (Rigodoporus lignosus). Serangga jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang warna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas. 
    Penyakit bidang sadap mouldy rot penyebab jamur ceratocystis fimbriata,kering alur sadap penyebab petidak seimbang fisiologis yang berlebihaan. Sedangkan upaya mengembangkan tanaman sela karet diatas 3 tahun yang paling cocok adalah tanaman jahe merah. Tanaman jahe merah memiliki keunggulan yaitu tanaman yang sangat mudah dibudidayakan dan hampir tidak banyak hama penyakit yang menyerang jahe merah, tanaman jahe merah merupakan tanaman mapu hidup secara liar dihutan apalagi jika tanaman jahe merah ini dibudidayakan secara baik. Tanaman lain yang bisa dijadikan sebagai tumpang sari seperti tanaman salak dan tanaman coklat. Sebagaimana halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman karet tak luput dari gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit ini harus ditangani dengan baik agar tanaman tumbuh subur dan produktivitasnya optimal.

A. Hama 
Beberapa jenis hewan menjadi hama tanaman karet dari fase pembibitan, penanaman, hingga fase berproduksi. Hama pada fase pembibitan:
- Tikus 
Tikus (Rattus sp.) menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan pesemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan dan saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda. Tikus merupakan hewan dengan kemampuan berkembang biak sangat tinggi, sehingga jika tidak dikendalikan akan menjadi hama yang menimbulkan kerugian sangat besar. Mereka bersarang dengan membuat terowongan di dalam tanah dan suka bersembunyi di semak belukar, pepohonan, dan rumah-rumah. Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan melindungi tempat perkecambahan agar tikus tidak dapat masuk ke dalamnya. 
Dalam hal ini tempat perkecambahan yang berupa kotak bisa ditutup dengan kawat kasa dan tempat perkecam-bahan di atas tanah dipasang pagar plastik. 
- Belalang 
Belalang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara memakan daundaun yang masih muda. Serangga ini tergolong sangat rakus. Jika daun muda habis, mereka tak segan-segan memakan daun-daun tua, bahkan tangkainya. Mengendalikan serangan belalang bisa secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Thiodan dengan dosis 1,5 ml/liter air. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 minggu sekali tergantung pada intensitas serangannya. 
- Siput 
Siput (Achatina fulicd) menjadi hama karena memakan daun-daun karet di areal pembibitan dengan gejala daun patah-patah. Di daun-daun yang patah ini terdapat alur jalan berwarna keperakan mengilap yang merupakan jejak siput. Siput merupakan hewan bersifat hermaprodit, menyukai tempat-tempat teduh pada siang dan keluar untuk mencari makan pada malam hari. Mereka meletakkan telur-telur di bawah bebatuan atau serasah daun-daunan. 
Pengendalian secara mekanis bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan siput-siput yang bersembunyi di tempat teduh dan membakar atau menguburnya. Sementara itu, secara kimiawi dengan membuat umpan dari campuran dedak, kapur, semen, dan Meradex dengan perbandingan 16:5:3:2. Campuran ini dilembabkan dulu dengan cara diberi air sedikit kemudian diletakkan di areal pembibitan. Siput yang memakan umpan ini akan mati. 
- Uret Tanah 
Uret tanah merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang, seperti Helotrichia serrata, Helotrichia rufajlava, Helotrichiafessa, Anomala varians, Leucopholis sp., Exopholis sp., dan Lepidiota sp. Bentuk uret tanah ini seperti huruf “C” dengan warna putih hingga kuning pucat. Uret tanah menjadi hama yang sangat merugikan karena memakan bagian tanaman karet yang berada di dalam tanah, terutama tanaman karet yang masih berada di pembibitan. 
Cara mencegah hama ini bisa dilakukan dengan menaburkan Furadan 3 G sesuai dengan dosis yang dianjurkan pada saat menyiapkan areal pembibitan. Sementara itu pengendaliannya bisa dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Secara mekanis yaitu dengan cara mengumpulkan uret tanah dan membakarnya. Secara kimiawi dengan menaburkan Furadan 3 G atau Basudin 10 G disekitar pohon karet dengan dosis 10 gram/pohon. Hama pada fase penanaman sampai produksi.
-Rayap
Rayap menjadi hama bagi tanaman karet terutama spesies Microtermes inspiratus dan Captotermes curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit yang baru saja ditanam dilahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat. 
Pengendaliannya bisa dengan kultur teknis, mekanis dan kimiawi. Secara kultur teknis ujung stum sampaisedikit diatas mata dibungkus plastik agar rayap tidak memakannya. 
Secara mekanis dilakukan dengan menancapkan umpan berupa 2-3 batang singkong dengan jarak 20-30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut dari pada bibit karet yang lebih keras. Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi rayap, seperti Furadan 3 G dengan dosis 10 gram ditaburkan disekitar batang karet. 
- Kutu 
kutu yang sering menyerang tanaman karet adalah Saissetia nigra, Ferrisiana virgata, dan sebagainya. Kutu ini menyerang tanaman karet dengan cara menusuk pucuk batang dan daun muda untuk mengisap cairan yang ada didalamnya. Bagian tanaman yang diserang berwarna kuning dan akhirnya mengering sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. 
 - Babi Hutan 
Babi hutan (Sus verrucosus) adalah hama bagi hampir semua tanaman perkebunan, termasuk karet, terutama yang ditanam dekat hutan. Rombongan babi hutan mencari makanan malam hari dengan cara membongkar tanaman karet yang masih muda dengan menggunakan moncongnya. Kemudian memakan daun-daun karet dan menguliti kulit pohonnya. Babi hutan sangat takut dengan bunyi-bunyian yang bising. Karenanya, pada malam hari disarankan memukulmukul kentongan atau kaleng minyak di areal perkebunan, sehingga babi hutan merasa takut datang ke tempat tersebut. Selain itu dengan cara menggantungkan daging babi hutan yang telah tertangkap. Daging babi hutan yang digantungkan di areal perkebunan karet membuat babi hutan yang masih hidup takut datang ke tempat tersebut. 
- Rusa dan Kijang 
Rusa (Rusa timorensis) dan kijang (Muntiacus muntjak) menjadi hama bagi tanaman karet dengan cara memakan daun-daunnya. Air liur kedua hewan tersebut juga dapat mematikan tanaman karet. Jika daun tanaman habis, rusa dan kijang tak segan-segan memakan kulit batang, sehingga bisa menyebabkan tanaman mati jika seluruh kulitnya terkelupas. 
- Tapir 
Sama dengan rusa dan kijang, tapir (Lapirus indicus) menjadi hama bagi tanaman karet juga dengan cara memakan daun dan kulit tanaman muda. Karena merupakan hewan endemik di Sulawesi, tapir hanya menjadi hama perkebunan karet di pulau tersebut, terutama areal perkebunan yang dekat dengan hutan-hutan. 
- Monyet 
Spesies monyet yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah kera (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca memestind). Mereka menjadi hama dengan cara memakan daun-daun, cabang, dan dahan tanaman yang masih muda. Kedua hewan ini hanya menjadi hama di areal perkebunan karet di Pulau Sumatera dan Kalimantan, terutama jika areal tersebut berada di dekat hutan atau penanamannya dilakukan secara tumpangsari dengan tanaman pangan. 
- Tupai 
Tupai (Callosciurus notatus) menjadi hama karena mengerat batang tanaman karet dengan bentuk spiral. Karena dikerat, pertumbuhan tanaman terhambat dan produksi lateksnya menurun. Binatang ini membangun sarang dari daun-daun dan ranting-ranting di pucuk tanaman karet dan berkembang biak 2 - 3 kali setahun dengan jumlah anak 3 - 4 ekor. Semak belukar di areal perkebunan merupakan lingkungan yang sangat disukai oleh tupai. - Gajah Gajah (Elephas maximus) hanya menjadi hama tanaman karet yang diusahakan di Pulau Sumatera, terutama jika areal tersebut berdekatan dengan hutan yang merupakan habitat hewan ini. Kawanan gajah menjadi hama tanaman karet secara tidak langsung, yakni ketika rombongan binatang ini melewati areal perkebunan karet dan menginjak-injak tanaman hingga menjadi rusak. Meskipun demikian, jika makanan yang mereka sukai habis, daun-daun karet pun akan dimakan juga. 
B. Penyakit 
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tanaman karet umumnya lebih besar dibandingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan akibat serangan penyakit, kerugian lain adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulanginya. Karenanya, upaya pencegahan harus mendapat perhatian penuh, serta pengamatan dini secara terus-menerus sangat penting. 
 Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar umumnya disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus kerugiannya tidak begitu besar. Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun. 
- Penyakit akar putih 
Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna cokelat. 
Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan berwarna cokelat. Gejala-gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya. Memastikan secara dini tanaman karet terserang penyakit akar putih atau tidak, bisa dilakukan pemeriksaan tajuk dan akar dengan bantuan mulsa. 
Akar putih termasuk penyakit berbahaya jika dilihat dari akibat yang ditimbulkannya. Prevalensi serangan penyakit tertinggi terjadi pada tanaman muda berumur 2 - 4 tahun, meskipun bisa juga menyerang tanaman berumur enam tahun. Serangan pada umur tiga tahun bisa mengakibatkan kematian dalam waktu enam bulan sejak terinfeksi dan pada umur enam tahun menyebabkan kematian setelah setahun terserang. Infeksi penyakit akar putih terjadi karena persinggungan akar sehat dengan sisa-sisa akar tanaman lama yang mengandung spora cendawan ini. Penyebarannya bisa dengan bantuan angin yang menerbangkan spora ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa tanaman yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul ini jamur menjalar ke akar dan akhirnya menginfensi akar-akar sehat di sekitarnya. 
- Penyakit Akar Merah Jika penyakit akar putih cenderung menyerang tanaman muda (berumur 2-4 tahun), penyakit akar merah justru lebih banyak menyerang tanaman dewasa atau bahkan yang mulai menua. Meskipun berbahaya, kematian tanaman baru terjadi lima tahun setelah terinfeksi. Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah terjadinya perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning, dan akhirnya berguguran. 
Disebut dengan penyakit akar merah karena jika tanah di daerah perakaran tanaman yang sakit dibongkar akan terlihat miselia tua di akar-akarnya. Miselia tersebut menempel sangat erat dan mengikat butiran tanah, sehingga menjadi seperti berkerak. Jika sudah kering, miselia tersebut akan berwarna putih, tetapi kalau dibasahi dengan air akan kembali berwarna merah. Infeksi terjadi jika akar tanaman sehat bersentuhan dengan akar tanaman sakit atau akar yang mengandung spora cendawan penyebab penyakit akar merah. Infeksi juga terjadi jika spora jatuh di leher akar karena tiupan angin. 
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar putih. Penyakit yang menyerang batang : 
- Jamur Upas Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan. Tahap pertama atau sering disebut dengan tahap sarang laba-laba adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna putih di permukaan kulit. Tahap selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, biasa disebut dengan tahap bongkol. Pada tahap ketiga atau tahap kortisium, terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda. 
Tahap terakhir atau tahap nekator adalah terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua. Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang dan tajuk mudah patah. Gejala penyakit ini adalah munculnya benang-benang berwarna putih seperti sutera di pangkal atau bagian atas percabangan. 
Dalam perkembangannya, benang-benang tersebut membentuk lapisan kerak berwarna merah dan akhirnya menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama-kelamaan kulit tanaman yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan mengelupas. Bagian kayu di bawah kulit akan rusak dan menghitam. Pada serangan yang lebih parah, tajuk percabangan akan mati dan mudah patah oleh tiupan angin. 
- Kanker Bercak Penyakit kanker bercak muncul akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang memiliki benang-benang hifa berwarna putih yang kurang jelas dilihat dengan mata telanjang. Jamur ini berkembang biak dengan spora yang bisa bertahan hidup lama di dalam tanah. 
 Gejala serangan penyakit ini tidak mudah dikenali karena serangannya dimulai dari bawah kulit. Kulit yang sakit baru terlihat jika dilakukan pengerokan kulit batang atau kulit cabang, yaitu adanya warna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar meluas ke samping, kambium, dan bagian kayu. Bagian yang sakit biasanya mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kemerahan dengan bau busuk. Kadang-kadang terjadi pengumpulan lateks di bawah kulit, sehingga membuat kulit batang pecah dan membuka. Di bagian terbuka tersebut sering dimasuki serangga penggerek batang. Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan, sehingga tanaman akan merana dan akhirnya mati. Penyakit ini lebih banyak menyerang tanaman karet di kebun-kebun berkelembaban tinggi atau terletak di daerah beriklim basah. Angin dan hujan bisa menjadi sarana penyebaran penyakit ini. Angin menerbangkan spora dan percikan air hujan di tanah dekat tanaman bisa memindahkan spora dari tanah ke batang tanaman sehat. Agar pengendalian penyakit dapat dilakukan sedini mungkin, selama musim hujan seminggu sekali harus dilakukan pemeriksaan tanaman. 
- Busuk Pangkal Batang Cendawan Botrydipbdia theobromae adalah biang keladi penyakit busuk pangkal batang. Jamur ini memiliki badan buah penghasil spora dalam jumlah banyak yang terdapat di kulit batang yang terinfeksi. Spora akan menyebar karena angin atau hujan untuk menginfeksi tanaman sehat. Penyakit yang menyerang bidang sadap : 
- Kanker Garis Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak, yakni Phytophthora palmivora. Gejala serangan penyakit kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih dan tidak begitu jelas menutup alur sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang terletak di atas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna cokelat kehitaman. Dalam perkembangannya, garis-garis ini akan menyatu membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur di kulit pulihan. 
- Mouldy rot Penyebab penyakit mouldy rot adalah cendawan Ceratocystis jimbriata dengan benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu di bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan di bagian tanaman yang sakit dan bisa bertahan lama dalam kondisi kering. 
- Brown Blast Penyakit brown blast bukan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, melainkan karena penyadapan yang terlalu sering, apalagi jika disertai penggunaan bahan perangsang lateks. Penyakit ini juga sering menyerang tanaman yang terlalu subur, berasal dari biji, dan tanaman yang sedang membentuk daun baru. Penyakit yang menyerang daun : 
- Colletotrichum Penyakit colletotrichum disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides dengan gejalagejala berupa daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian ujung mati, menggulung, dan akhirnya berguguran. Sementara itu, serangan pada daun tua menunjukkan gejala-gejala adanya bercak cokelat atau hitam, berlubang, mengeriput, dan sebagian ujungnya mati. - Phytophthora Phytophthora tergolong penyakit daun, tetapi gejalanya justru terlihat pada buah yang berwarna hitam dan kemudian membusuk. Dari bagian ini penyakit akan menular ke daun dan tangkainya, sehingga beberapa minggu kemudian daun dan tangkai tersebut gugur. Daun yang berguguran tetap berwarna hijau, tetapi di sepanjang tangkainya terdapat bercak-bercak hitam dan gumpalan lateks. 
- Corynespora Penyebab penyakit corynespora adalah cendawan Corynespora casssiicola dengan hifa berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di permukaan daun. Cendawan ini mempunyai inang yang banyak, seperti singkong, akasia, angsana, dan pepaya. Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam seperti menyirip, lemas, pucat, ujungnya mati, dan akhirnya menggulung. Serangan pada daun tua juga menunjukkan gejala berbercak hitam dan menyirip. 
- Helminthosporium Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna putih dan spora berwarna cokelat merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit helminthosporium yang juga kerap disebut dengan penyakit mata burung ini sering menyerang tanaman muda di pesemaian atau pembibitan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan waktu okulasinya pun terhambat. 


 BAB 3 PENUTUP 


 3.1. Kesimpulan

        Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Karet juga merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Syarat tumbuh tanaman karet yaitu pada ketinggian tempat 0-200 mdpl dengan curah hujan 1.500-3.000 mm/th. Dan pada tekstur tanah yang lempung berpasir dan liat berpasir. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman karet adalah jamur akar putih, akar merah, dan penyakit yang menyerang batang, sadap, dan daun. Hama yang menyerang tanaman karet adalah rayap, kutu, babi hutan, rusa, kijang, dan lain sebagainya.

 3.2. Saran 

           Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan pembuatan makalah ini. Karena disini kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna.



demikianlah makalah tentang budidaya tanaman karet yang dapat saya sampaikan, bila anda berkenan dan ada pertanyaan bisa menulis di kolom komentar.